Please Enable JavaScript Your Browser.. Thank's

Senin, 09 November 2009

Sebab-Sebab Konflik Aparatur Pemerintah

Sebagai aparatur pemerintah yang tentunya mempunyai wadah suatu lembaga atau organisasi tertentu sudah pasti berinteraksi dan bekerja dengan orang lain. Dalam hubungan kerja tersebut baik terhadap atasan, bawahan atau yang satu tingkat mungkin pernah terjadi hubungan kerja yang tidak harmonis yang bisa kita anggap sebagai konflik.Konflik terjadi sebagai akibat kondisi dan situasi yang tidak serasi. Dalam hal ini Robin menegaskan bahwa konflik itu terjadi karena kondisi pemula (entecedent condition) (Robins, 1974; Walton and Dutton, 1969). Enam kelompok pemicu konflik meliputi :

1. Persaingan terhadap sumber-sumber
2. Ketergantungan pekerjaan
3. Kekaburan bidang tugas
4. Problem status
5. Rintangan komunisasi
6. Sifat-sifat individu ( Kenneth N. Wexley and Cary A. Juki, 1992)

Persaingan Terhadap Sumber (Competition for Resources)

Penyebab konflik itu antara lain persaingan mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan. Kalau dua pihak membutuhkan sumber tertentu, padahal sumber itu terbatas, maka persaingan untuk memperoleh sumber itu dapat menyulut konflik. Contoh sederhana : Kalau di kantor hanya tersedia satu kendaraan untuk dinas luar, padahal bagian Tata Usaha dan bagian Personalia sama-sama membutuhkan, maka kalau penggunaan kendaraan dinas tersebut tidak diadakan pengaturan secara seksama tidak tertutup kemungkinan kedua bagian itu saling konflik, karena saling perlu kendaraan pada waktu yang sama atas sumber yang sama, yakni kendaraan dinas tersebut. Contoh lain betapa gigih bangsa dan negara Eropa berusaha keras untuk menguasai selat Panama, yang sangat berguna untuk menghubungkan Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik, khususnya untuk mempercepat lalu lintas niaga.
Selain itu, terusan Suez juga merupakan tempat strategis yang menghubungkan Laut Tengah dengan Samudra Hindia sehingga memperpendek pelayaran dari Eropa ke Asia. Terusan Panama dan Terusan Suez merupakan sumber persaingan dan mudah memicu konflik sampai sekarang. pembaca dapat mencari contoh yang lain.

Ketergantungan Tugas (Task Independent)

Salah satu sebab konflik ketergantungan tugas ini terjadi, kalau dua individu atau kelompok tergantung satu dengan lainnya dalam tugas mencapai tujuan. Contoh sederhana, masinis kereta api dan petugas pengatur perjalanan kereta api. Masinis mempunyai tugas menjalankan kereta api. Keberangkatan dan kedatangan sampai tujuan tepat waktu. Sebaliknya, pengatur perjalanan kereta api harus memberangkatkan kereta api.
Ia memberi kode kereta berangkat kalau jalur yang akan dilalui aman. Kalau waktu pemberangkatan tidak diatur secara tepat ada kemungkinan kerata api bertumburan. Itulah contoh dua individu yang memiliki tugas berbeda, tetapi satu dengan yang lain saling terkait. Bagaimana tentang pilot dan penjaga menara bandar udara? Jadi, keterkaitan tugas tidak jarang sering terjadi benturan konflik langsung atau tidak langsung.
dengan pilot, co pilot, dan teknisi. Pesawat yang akan landing dipandu oleh penjaga menara atau tower bandara udara. Kekeliruan betapa kecilpun akan berakibat keselamatan penerbangan.
Contoh penyebab konflik di perusahaan dapat terjadi antara bagian produksi dan bagian pemasaran. Kedua bagian itu diadakan untuk menjadikan perusahaan untung (tujuan sama). Akan tetapi, kedua bagian itu berorientasi berbeda. Bagian produksi bertujuan menghasilkan produk berkualitas dengan kuantitas sesuai target.
Sebaliknya, bagian pemasaran menghendaki produk yang sesuai dengan kemampuan daya beli konsumen. Mengapa? Karena produk yang bekualitas, kalau tidak dapat dipasarkan akan berakibat sirkulasi produk terhenti dan merugikan perusahaan. Justru itu, perlu diadakan riset pasar untuk mendeteksi pangsa pasar sebelum memproduksi barang.

Batas Bidang Kerja Kabur (Jurisdicitional Ambiquity)

Penyebab konflik ini adalah batas tanggung jawab dan wewenang tidak jelas. Sehingga terjadi ketidakserasian. Kondisi ini antara lain, tentang izin pengelolaan pendidikan tan formal (non formal) yang diselenggarakan atas swadaya masyarakat.
Disatu pihak, izin pengelolaan kursus atau pendidikan tanformal diatur oleh Ditjen Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olah Raga. Di pihak lainnya, Departemen Tenaga Kerja juga memberi izin. Kondisi seperti itu berakibat terjadi ketidak harmonisan dan kebingungan para pemakai jasa. Untunglah kedua hal itu sudah dapat diatasi.

Status Individu dan Kelompok

Penyebab konflik status adalah persepsi ketidakadilan dalam hal ganjaran, penugasan kerja, kondisi-kondisi kerja, serta simbol status. Satu contoh konflik yang terjadi akibat simbol status adalah konfliks yang terjadi dalam tubuh Partai Demokrasi Indonesia semasa Orde Baru. Pembaca mengetahui secara pasti asal-usul penyebab konflik.
Dari situasi kenegaraan terjadi konfliks simbol status, yakni Demokrasi dan Tirani. Hal itu terjadi semasa revolusi Perancis antara Pemerintahan Raya yang menghendaki pembatasan kuasa pemerintah.
Mereka memisahkan kuasa legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Semboyan mereka liberty, egality, dan fraternity. Hal itu memicu meletuslah Revolusi Perancis yang terkenal. Revolusi Perancis yang menelan korban ternyata dapat mengubah situasi dunia bahwa terani atau kediktatoran itu, akhirnya harus kalah dengan kekuatan keadilan. Coba cari contoh lainnya.

Sifat Individu (Individu Traits)

Sifat individu termasuk juga sifat kelompok. Sifat individu dan sifat kelompok ini dapat memicu konflik. Dalam hal ini Walton dan Mc Kersie, 1965 berkesimpulan bahwa perilaku konflik mudah terjadi bila satu pihak/kelompok sangat dogmatis dan otoriter serta rendah harga dirinya.
Contoh, bila dia kubu berselisih dan keduanya kaku, karena keduanya tidak mau melihat langkah kearah suatu kondisi yang memungkinkan terjadi permufakatan, maka konflik mudah terjadi berkepanjangan. Hal itu pernah terjadi di kalangan wakil rakyat, yakni tindakan walk Out dari sidang. Tindakan itu merupakan contoh bahwa ada kelompok yang bersikukuh mempertahankan pendiriannya.
Di kalangan kegiatan kerja, para karyawan ada yang memiliki sifat autoworker. Mereka dapat mengatur irama pekerjaan secara mandiri menuju keberhasilan. Atau mereka memiliki kemampuan auto kreativitas sendiri. Mereka akan berontak menentang, kalau diatur secara ketat oleh tata aturan yang kaku, apa lagi perlakuan pimpinan yang bersifat otoriter, justru akan memudahkan terjadi konflik. Dapat ditambahkan, nilai-nilai sosial, politik, moral atau agama dapat menyebabkan konflik kalau tidak dihayati dan dipraktikan secara proporsional.

Hambatan Komunikasi (Communication Barriers)

Komunikasi memegang peran penting sebagai penyebab konflik. Terutama bahasa, termasuk adat istiadat. Dan simbol-simbol komunikasi. Kesalahpahaman bahasa dan simbol-simbol peradaban dapat memicu konfllik berkepanjangan. Komunikasi dewasa ini demikian canggih. Tetapi kesalahtafsiran akan makna informasi komunikasi akan berakibat konflik. Oleh karena itu, di bidang komunikasi masa, perang urat syaraf tentang informasi memegang peran penting dalam mencegah atau mengakibatkan konfliks. Kesalahan tafsir simbol komunikasi peradaban itu dapat memicu konflik.
Contoh : tanggal 17 Januari 1718 berlabuhlah kapal berbendera Belanda (VOC) di bawah Kapten De Chavonnes. Kebiasaan hubungan internasional, kalau kapal asing berlabuh guna melakukan kunjungan persahabatan, maka satu pejabat Madura pada waktu itu adalah Tjakraningrat III dan permaisurinya. Kapten Kapal De Chavonnes menyambut tamunya dengan rasa bangga pada tangga kapal. Sayang sekali, beliau kurang mengetahui adat istiadat (simbol peradaban) di lingkungan bangsawan Madura.
Pada saat menyambut permaisuri Tjakraningrat III, sang Kapten mencium tangan permaisuri, seperti layaknya kebiasaan orang barat. Tiba-tiba Tjakraningrat III menarik keris dan menusuk Kapten De Chavonnes hingga meninggal. Akibatnya anak kapal mengeroyok Tjakraningrat III dan membunuhnya. Rakyat Madura marah dan membakar kapal milik Belanda itu. Sungguh tragis, itulah contoh yang diakibatkan oleh kesalah fahaman simbol komunikasi peradaban. Itulah salat satu kejadian kelabu protokoler di negeri kita.

Sumber: Ilmu Seni dan Kepemimpinan : Drs. Martono, B.Sc, MM

0 comments:

Posting Komentar